“99 kebaikan akan terhapus oleh satu buah keburukan, 99
keburukan belum tentu hilang oleh satu kebaikan.”
Sulit rasanya memosisikan diri saat sebuah persepsi sudah
terbentuk. Bagaimanapun caranya berkilah, stigma negative terlanjur ter-cap di
kening. Saat semua itu terjadi, cara terbai yang bisa dilakukan adalah berdo’a
dan membuktikan jika persepsi itu bisa dirubah.
Hanya saja pertanyaannya, bagaimana caranya?
Hingga saat ini, pertanyaan itu belum juga mampu terjawab. Ketika
sebuah masalah yang “mirip-mirip” terjadi, sialnya persepsi itu kembali muncul
entah tanpa disadari atau sudah terkonsep sebelumnya.
Kata putus asa memang sempat terlintas. Namun alangkah
piciknya, keputusasaan yang besarnya tak lebih dari sebiji semangka itu bisa
membenamkan kesabaran dan kesungguhan yang besarnya melebihi ruang hati.
Memang, lagi-lagi kalimat “mana janji awalnya?” memupus
harapan untuk kembali berdiri tegak untuk kemudian berjalan lagi. Atau mungkin
saja apa yang telah dilakukan selama ini dengan sedikit “pembiaran” tidaklah
cukup?
Manusia memang unik dengan banyak cinta didalamnya.
“Love is hurt at the end”
Pada akhirnya, entah karena pilihan sendiri atau kehendak
Tuhan memisahkan di dunia, cinta pada akhirnya akan selalu menyakitkan. Kepada
siapa kita rela berkorbanlah yang menjadi pembedanya. Dan aku, sejak memutuskan
untuk memilihmu telah siap untuk berkorban. Hanya kuasa Tuhan yang mampu
menenggelamkan keputusan ini.
Kekuatanku satu, keyakinan bahwa engkaulah tulang rusuk yang
hilang di tubuh ini.